Distributor Jual Geomembrane Geogrid Geotextile
Jual Geomembrane Geogrid, Geotextile Zipdrain Multiblock Retaining Wall System
Jual Geomembrane Geogrid, Geotextile Zipdrain Multiblock Retaining Wall System
Jun 13th
Penggunaan beton bertulang pada bangunan kolam atau tambak ikan dan udang memang sudah lazim dipergunakan di Indonesia.
Mungkin ini terjadi karena penggunaan beton dianggap praktis dan awet. Tapi apakah benar demikian ?
Penggunaan beton sebagai bahan pelapis pada kolam ikan perlu dicermati pada hal-hal sebagai berikut :
Beton, terutama beton bertulang memerlukan biaya yang cukup mahal terutama harga besi dan semennya.
Pekerjaan pembetonan memerlukan waktu yang tidak sebentar, mulai dari bekisting hingga pengerjaan dan waktu tunggu hingga beton bisa dipergunakan.
Kadar kimia yang terkandung pada semen akan mempengaruhi kualitas hidup ikan yang ada didalamnya. Bisa jadi jika kolam beton baru saja jadi, pengaruh kimia dari semen beton masih sangat tinggi sehingga bisa mengakibatkan ikan menjadi mati.
Karena hal-hal yang telah disebutkan diatas, maka kita perlu mencari alternatif pengganti beton sebagai material pelapis kolam yang lebih baik tentunya.
Material pelapis kolam pengganti beton tersebut adalah HDPE GEOMEMBRANE.
Geomembrane adalah material berupa lembaran dari bahan sejenis plastik (HDPE : High Density Polyethilene) yang merupakan bahan tidak tembus air yang aman bagi organisme hidup seperti udang dan ikan. Material ini sudah banyak dipakai untuk pelapis pada kolam dan tambak ikan maupun udang.
Contoh perhitungan :
Ukuran kolam : 10m x 10m = 100 m2
Harga beton K175 : Rp 755.000 per m3 (sumber : http://readymix-concrete.indonetwork.co.id/2166583/daftar-harga-ready-mix.htm)
Harga Geomembrane tebal 1.0mm : USD 3,5 per m2 = Rp 42.000 (asumsi kurs Rp 12.000)
Dengan asumsi-asumsi :
Maka perhitungan biaya untuk masing-masing material adalah :
BETON
Volume kebutuhan : 10m x 10m x 0,08m = 8 m3
Biaya : 8 m3 x Rp 755.000 = Rp 6.040.000
GEOMEMBRANE
Volume kebutuhan : 10m x 10m = 100 m2
Biaya : 100 m2 x Rp 42.000 = Rp 4.200.000
————————————————— –
Selisih : Rp 1.840.000
Hemat 30% jika menggunakan Geomembrane
Dari segi waktu pelaksanaan pekerjaan
Untuk luasan 100 m2 pekerjaan pemasangan Geomembrane hanya memerlukan waktu 5 hari.
Sedangkan pekerjaan pembetonan tersebut bisa lebih dari 5 hari. Kemudian waktu tunggu hingga beton kering dan siap dipakai bisa lebih dari 14 hari.
Dari keamanan / kualitas hidup ikan
Geomembrane aman bagi organisme hidup seperti ikan dan udang. Kolam yang dilapis Geommebrane bisa langsung dipakai begitu pemasangan selesai.
Sedangkan kolam beton yang baru saja selesai dibuat kemungkinan besar akan mempengaruhi kualitas hidup ikan yang berada di dalamnya, bahkan mungkin ikan bisa mati karena kandungan kimia pada semen.
Untuk pembelian Geomembrane HDPE, LLDPE silahkan hubungi :
ISPARMO
PT Multibangun Rekatama Patria
Hp. 0812 108 3060, 021 989 07652
Email : isparmo@multibangunpatria.com
Jun 5th
Apakah Tensile Strength Merupakah Hal Utama dalam Stabilisasi Tanah Lunak ?
Artikel ini ditulis sebagai jawaban atas pertanyaan, mengapa dalam spesifikasi Tensar TRIAX Geogrid tidak dicantumkan Tensile Strength ?
Mari perhatikan spesifikasi TRIAX TX-160 berikut :
Dalam spesifikasi tersebut tidak dicantumkan Tensile Strength ? Mengapa ? Jawaban singkatnya adalah karena seringkali Tensile Strength menjadi satu-satunya referensi untuk mendesain stabilisasi tanah dasar lunak pada struktur perkerasan. Padahal tidak demikian.
Uraian mengenai jawaban ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Jika memang benar Tensile Strength menjadi hal yang utama dalam desain stabilisasi tanah dasar lunak maka penggunaan Geotextile Woven menjadi satu-satunya pilihan terbaik karena memiliki Tensile Strength yang cukup tinggi dan harganya lebih murah dibandingkan Geogrid Biaxial maupun TRIAX. Sebagai contoh Geotextile Woven 250 gr/m2 buatan lokal mempunyai Tensile Strength lebih dari 50 kN/m. Sedangkan Geogrid Biaxial (seperti Tensar SS30, dulu mempunyai spesifikasi yang masih menyebutkan Tensile Strength) hanya mempunyai Tensile Strength sebesar 30 kN/m2). Tetapi performa Geotextile Woven 250 gr/m2 dan Tensar SS30 ini sangatlah berbeda, perhatikan gambar berikut :
Gambar 1 Gambar 2
Stabilisasi Menggunakan Geotextile Stabilisasi Menggunakan Tensar Biaxial Geogrid
Gambar 1 dan 2, merupakan proses penggelaran 2 bahan Geosintetik yang berbeda pada daerah tanah dasar lunak (rawa).
Pada gambar 1 Stabilisasi Menggunaan Geotextile, terlihat bahwa dalam proses penggelaran saja sudah mengalami kesulitan karena Geotextile tersebut tidak dapat menopang berat badan orang yang menggelarnya. Sedangkan pada gambar 2, Stabilisasi menggunakan Tensar Biaxial Geogrid, proses penggelaran menjadi demikian mudahnya. Mengapa bisa terjadi demikian ? Padahal Tensile Strength Geotexile lebih besar daripada Tensar Geogrid Biaxial. Sebab faktor kekakuan (Stiffness) bahan lebih utama dibandingkan Tensile Strength. Cara kerja kedua bahan juga berbeda, Geotextile menggunakan mekanisme Membrane Effect (yang hanya mengandalkan Tensile Strength), sedangkan Tensar Geogrid (Biaxial maupun TRIAX) menggunakan mekanisme Interlocking (Confinement Effect).
Gambar 3 Mekanisme Cara Kerja Geotextile dan Geogrid